Perubahan besar yang dialami berpengaruh terhadap kinerja dalam menjalani peran sebagai mahasiswa. Mereka punya pengetahuan yang lebih banyak dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Sebagian besar dari mahasiswa pun mulai tinggal terpisah dari keluarganya sehingga perlu beradaptasi dengan cara tinggal sendiri, termasuk menyiapkan makanan sendiri. Mereka juga mengalami cara pertemanan yang berbeda, melihat orang-orang dengan latar belakang yang berbeda pula. Apalagi, sebagian dari mahasiswa juga harus pindah ke Jakarta demi kuliah. Ketika mengungkapkannya, mahasiswa menjadi tahu bahwa setiap orang punya tantangan masing-masing dalam kehidupannya. Kadang, timbul pula tuntutan terhadap lingkungan. Namun, kalau lingkungan tidak bisa memberikannya, perlu ada strategi yang diambil.
Eko Handayani kemudian menampilkan satu video lomba renang yang dijadikan sebagai bahan refleksi lain. Melalui video itu, ia mengungkapkan bahwa setiap orang punya tujuan yang sama—dalam hal ini, misalnya lulus menjadi sarjana hukum dari STHI Jentera. Akan tetapi, setiap orang punya gaya yang berbeda dalam mencapai tujuannya. Walaupun akan ada masa seperti di persimpangan, itulah saatnya untuk mengingat kembali tujuan awal dari semua ini. Salah satu strategi untuk bertahan adalah pengelolaan diri.
Pengelolaan diri merupakan gabungan dari manajemen waktu dan manajemen stres. Setiap orang perlu menuliskan ulang apa saja yang perlu dilakukannya, kemudian membaginya dalam matriks seberapa penting dan mendesak. Hal-hal yang masuk dalam kategori penting perlu didahulukan. Kalau tidak dilakukan, ia akan masuk dalam kategori mendesak. Itulah yang bisa menjadi pemicu stres; banyak hal masuk dalam kategori penting dan mendesak. Maka itu, pembuatan matriks mengenai apa-apa saja yang perlu dilakukan sebagai prioritas penting dilakukan.(APH)